Yogyakarta Tidak Akan Berubah - “Saya takut, Yogyakarta tidak lagi menjadi istimewa.” Lebaran baru saja sama-sama kita lewati dan sama-sama kita lewati bersama dengan keluarga kita. Hangat, penuh warna, dan yang paling penting romantis. Iya, romantis seperti Yogyakarta dari dulu hingga sekarang.
Lebaran kemarin, Yogyakarta seperti biasa, padat dan sesak. Mereka yang merantau di kota orang, pulang dengan ribuan rindu dan kenangan untuk dibagi kepada keluarga di sini. Membawa buah tangan dan beberapa amplop untuk sepupu atau ponakan kesayangan di kampung tercinta. Tidak lupa juga pelukan yang hangat untuk orang tua yang selalu mendoakan anak-anaknya sukses di kota orang. Romantis, bukan?
Kota Yogyakarta sesaat menjadi kota yang menyeramkan ketika lebaran. Bagaimana tidak, banyak orang memanfaatkan keramaian saat itu. Jalanan yang semakin tidak teratur, pengendara yang semakin tidak mematuhi aturan, dengan dalih agar tidak semakin macet. Lebih parah lagi, Yogyakarta menjadi tidak bersahabat dan tidak ramah.“Wah, murah banget makan di Jogja ya.”Sekarang kalimat itu semakin membuat Yogyakarta menjadi tidak ramah dan tidak bersahabat. Hal ini banyak dimanfaatkan juga oleh para pedagang yang menaikkan harga makanan dan minuman yang mereka jual, bahkan, angkringan sekalipun.
Lebaran terlalu menyiksa buat kami yang memang tinggal di Yogyakarta dengan gaji ya memang pantas untuk membeli nasi kucing di angkringan yang terkenal murah.Tidak hanya kulinernya saja yang banyak berubah soal harga. Yogyakarta yang juga terkenal sebagai kota pariwisata ini pun memanfaatkan tempat-tempat pariwisata yang bahkan terkenal di seluruh penjuru Indonesia. Bukan, bukan harga masuk tempat pariwisatanya yang mahal, tetapi harga parkir kendaaraan yang membuat kami warga asli Yogyakarta geleng-geleng kepala.
Tidak main-main soal harga parkir. Bisa sampai puluhan ribu untuk satu kendaraan saja. Apalagi jika sudah di tempat pariwisata yang ramai. Padahal, biasanya juga tidak sampai segitunya. Jadi, wajar saja jika saya mengatakan bahwa saya takut, jika Yogyakarta tidak lagi menjadi istimewa. Ya, selain karena Yogyakarta istimewa dengan kesultanannya, yang membuat Yogyakarta istimewa juga adalah budayanya, orang-orangnya yang banyak orang bilang bisa memanusiakan manusia. Ramah dan sopan, tidak kenal tua muda.
Bukan salah mereka yang datang ke Yogyakarta, bukan salah warga juga yang memang memanfaatkan waktu lebaran atau liburan untuk mendapatkan uang lebih. akan tetapi, kami pun sebagai warga Yogyakarta juga tidak ingin kota kami seperti ini. Hal ini semakin menjadi-jadi. Bukan hanya ketika lebaran atau liburan saja, tetapi semakin banyak mahasiswa yang masuk ke kota ini juga semakin terlihat Yogyakarta yang tidak lagi seperti dulu.Mahasiswa-mahasiswi yang datang dari luar kota pun beralasan menuntut ilmu di sini karena Yogyakarta kota pelajar, kota yang ramah dan murah.
Walaupun alasan lainnya adalah Yogyakarta yang tidak akan ada habisnya perihal tempat wisata.Bagaimanapun Yogyakarta adalah kota saya. Bagaimanapun perubahan yang ada, Yogyakarta tetap terlihat romantis bagi saya. Masih dengan angkringan, musisi jalanan yang benar-benar musisi dengan penuh niat memainkan alat musiknya, bukan hanya genjreng-genjreng tak tau nada dan lagu, dan juga kota kami yang masih kami banggakan menjadi sebuah ‘kampung’ yang sejuk.
Ya, perubahan memang akan tetap berubah. Akan tetapi, berubah tidak ada yang sempurna hingga semuanya berubah. Bukan salah mereka yang datang ke Yogyakarta, bukan salah warga juga yang memang memanfaatkan waktu lebaran atau liburan untuk mendapatkan uang lebih. akan tetapi, kami pun sebagai warga Yogyakarta juga tidak ingin kota kami seperti ini. Hal ini semakin menjadi-jadi. Bukan hanya ketika lebaran atau liburan saja, tetapi semakin banyak mahasiswa yang masuk ke kota ini juga semakin terlihat Yogyakarta yang tidak lagi seperti dulu.Mahasiswa-mahasiswi yang datang dari luar kota pun beralasan menuntut ilmu di sini karena Yogyakarta kota pelajar, kota yang ramah dan murah.
Yogyakarta masih ada yang tidak berubah, yaitu senyum manis orang-orangnya, semilir angin di perkampungan, sapaan hangat yang muda kepada yang tua, begitu sebaliknya, dan Yogyakarta tetap menjadi yang paling istimewa.Malioboro, angkringan, dan penduduk dengan senyum merekah kami akan tetap menyapa kalian yang datang ke sini. Jaga kota ini agar Yogyakarta tetap menjadi yang paling istimewa setidaknya di hati.Sekarang kalimat itu semakin membuat Yogyakarta menjadi tidak ramah dan tidak bersahabat. Hal ini banyak dimanfaatkan juga oleh para pedagang yang menaikkan harga makanan dan minuman yang mereka jual, bahkan, angkringan sekalipun.
Komentar
Posting Komentar